Jumat, November 11, 2005

Investasi Warren Buffet

Warren Buffett adalah contoh terbaik seorang investor yang belajar dari awal hingga mencapai sukses. Ia membuktikan bahwa seorang investor saham pun bisa meraih posisi sebagai orang terkaya sedunia (kini terkaya nomor tiga dunia).
Buffett mencetak kenaikan investasi fenomenal dari berbagai investasi di perusahaan pilihannya. Sebagian besar investasinya itu juga punya latar kisah yang menarik. Sebagian lagi mengandong moral cerita yang layak dinikmati oleh para investor dan calon investor seperti kita.

American Express (1964)
Pada tahun 1964, skandal minyak salad terkuak. Skandal ini melibatkan sebuah perusahaan minyak sayur bernama Allied Crude Vegetable Oil yang dipimpin oleh Tino De Angelis. Tino mendapat pinjaman dari bank-bank termasuk American Express dengan jaminan stok minyak saladnya.
Jadi, kapal bermuatan minyak salad akan tiba di dermaga. Lalu seorang inspektur memeriksa apakah benar kapal itu berisi minyak sayur sesuai dengan yang dinyatakan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman. Namun Tino cerdik, ia mengganti minyak salad dengan air yang dicampur sedikit minyak. Si inspektur tak curiga karena minyak mengapung di atas air sehingga kapal itu terlihat benar-benar memuat minyak.
Namun datang pula saatnya penipuan Tino terbongkar. Sebagai akibatnya, American Express menjadi korban terbesar. Sahamnya anjlok lebih dari 50% sehingga perusahaan kehilangan sekitar US$ 58 juta plus reputasinya. Berbeda dengan orang lain, Buffett melihat hal ini hanya kepanikan sesaat. Ia menyadari bahwa bisnis American Express masih sangat stabil dan potensial. Buffett mencermati bagaimana orang Amerika mulai menggunakan kartu kredit. Ia tahu perusahaan ini akan menjadi blue chip Amerika.
Saat itu juga, Buffett membeli 151,6 miliar saham senilai US$ 1,28 miliar untuk. Pada akhir 2009, saham Amex yang dibelinya sudah bernilai lebih dari US$ 5 miliar. Artinya, Buffett mencetak untung 290% meski ia tak merealisasikannya. Hingga saat ini, Berkshire masih menyimpan saham kesayangan Buffett itu.

Coca Cola (1988)
Saat Buffett mulai membeli saham Coca Cola di tahun 1988, banyak analis Wall Street skeptis. Mereka berpendapat, tinggal menunggu waktu saja sampai perusahaan minuman ringan lainnya mengambil alih pangsa pasar Coca Cola. Ditambah lagi, laba perusahaan menurun 2% dari tahun sebelumnya. Saham Coca Cola waktu itu seharga IS$ 35-US$ 45.
Buffett terus mengumpulkan saham ini karena mengagumi merek dan menyukai produknya. Tahun 1995, Buffett memiliki 100.000 saham Coca Cola senilai US$ 1,2 billion. Pada September 2010, kenaikan saham ini memberi keuntungan 766% sebab nilainya sudah melejit hingg US$ 10,4 miliar. Buffett tetap menyimpan saham Coca Cola sampai kini.

Gillete/Procter & Gamble (1989)
Tahun 1980-an, industri alat cukur terpukul oleh penemuan silet yang bia diganti. Penjualan Gillette pun merosot tajam. Pada 1988, Consiton Partners berupaya melakukan hostile take over atas Gilette. Tapi Gilette memenangkan pertempuran. Tahun 1989, perusahaan mendefinisi ulang industri dengan produk barunya Sensor Razor. Di tahun yang sama, Buffett masuk dengan membeli preferred stock senila iUS$ 600 juta. Artinya Buffett menjadi pemilik 11% saham Gilette.
Pada tahun 1990-an saham Gilette menyumbang laba di atas kertas yang mengagumkan. Dalam kurang dari 24 bulan, investasi Buffett senilai US$ c600 juta sudah bernilai US$ 800 juta. Lalu nilai itu melesat lagi ketika P&G mengumumkan akuisisi Gilette. Dalam satu hari, Buffett meraup keuntungan US$ 650 miliar dan total keuntungannya pun mencapai US$ 4,4 miliar. Buffett menyebutnya 'merger impian' dan memutuskan untuk menambah sahamnya di P&G.

Goldman Sachs (2008)
Warren Buffett bak menjelma jadi ksatria penyelamat Goldman Sachs di tengah krisis finansial yang melanda Wall Street beberapa tahun lalu. Pada 23 September 2008, tanpa diduga Berkshire Hathaway menginvestasikan US$ 5 miliar ke bank yang kelabakan terhantam krisis tersebut. Dalam beberapa jam saja, harga saham Goldman naik 6%.
Buffett telah mengerek kepercayaan pasar atas Goldman. Pada saat yang sama ia mencetak untung. Goldman setuju membayar 10% dividen tahunan atas preferred stock yang dibeli Buffett. "Harganya benar, orang-orangnya benar, syaratnya benar, dan saya memutuskan untuk menulis cek" tuturnya.
Tiga tahun kemudian, Goldman memutuskan untuk menebus investasi Buffett. Goldman membayar US$ 5 miliar plus US$ 500 juta karena mengembalikan pinjaman itu lebih awal dari yang seharusnya tahun 2013. Buffet juga akan menerima dividen, sehingga total pembayaran berjumlah US$ 5,64 miliar.
Pada hari itu, CEO Goldman Llyod Blankfein menelpon Buffett, berkata setengah bercanda, "Kami akan membayar Anda dalam uang kertas US$ 1." Tak mau kalah Buffett menjawabnya, "Tidak apa-apa, sejauh dividennya akan terus ditambahkan sampai saya selesai menghitung semua uang itu."

GEICO (1970-an)
GEICO adalah salah satu investasi besar pertama Buffett. Ia membeli saham perusahaan asuransi itu karena Benjamin Graham, mentor dan idolanya, juga menjadi investor di perusahaan itu. Buffett muda mulai membeli GEICO tahun 1970-an dan terus mengumpulkannya. Hingga di tahun 1981, Buffett sudah menginvestasikan US$ 45,7 juta untuk 30% saham GEICO.

Pada tahun 1995, Buffett memutuskan untuk mengakuisisi GEICO senilai US$ 2,3 miliar ketika perusahaan itu sedang mengalami kesulitan bisnis. Nilai GEICO pada tahun 1996 mencapai US$ 4,7 miliar, sementara Buffett menghabiskan US$ 2,35 miliar saja untuk memilikinya.
Dalam suratnya kepada pemegang saham GEICO di tahun 2009, ia dengan bangga mengungkapkan bahwa pangsa pasar GEICO mekar dari 2,5% ke 8,2% sejak akuisisi.
Di bawah payung Berkshire, bisnis GEICO berkembang pesat. Di sisi lain, GEICO juga menyediakan duit cash banyak bagi Berkshire sehingga Buffett bisa berinvestasi tanpa harus berutang.