Warren Buffett adalah contoh terbaik seorang investor yang belajar
dari awal hingga mencapai sukses. Ia membuktikan bahwa seorang investor
saham pun bisa meraih posisi sebagai orang terkaya sedunia (kini terkaya
nomor tiga dunia).
Buffett mencetak kenaikan investasi fenomenal dari berbagai investasi
di perusahaan pilihannya. Sebagian besar investasinya itu juga punya
latar kisah yang menarik. Sebagian lagi mengandong moral cerita yang
layak dinikmati oleh para investor dan calon investor seperti kita.
American Express (1964)
Pada
tahun 1964, skandal minyak salad terkuak. Skandal ini melibatkan sebuah
perusahaan minyak sayur bernama Allied Crude Vegetable Oil yang
dipimpin oleh Tino De Angelis. Tino mendapat pinjaman dari bank-bank
termasuk American Express dengan jaminan stok minyak saladnya.
Jadi, kapal bermuatan minyak salad akan tiba di dermaga. Lalu seorang
inspektur memeriksa apakah benar kapal itu berisi minyak sayur sesuai
dengan yang dinyatakan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman. Namun Tino
cerdik, ia mengganti minyak salad dengan air yang dicampur sedikit
minyak. Si inspektur tak curiga karena minyak mengapung di atas air
sehingga kapal itu terlihat benar-benar memuat minyak.
Namun datang pula saatnya penipuan Tino terbongkar. Sebagai
akibatnya, American Express menjadi korban terbesar. Sahamnya anjlok
lebih dari 50% sehingga perusahaan kehilangan sekitar US$ 58 juta plus
reputasinya. Berbeda dengan orang lain, Buffett melihat hal ini hanya
kepanikan sesaat. Ia menyadari bahwa bisnis American Express masih
sangat stabil dan potensial. Buffett mencermati bagaimana orang Amerika
mulai menggunakan kartu kredit. Ia tahu perusahaan ini akan menjadi blue
chip Amerika.
Saat itu juga, Buffett membeli 151,6 miliar saham senilai US$ 1,28
miliar untuk. Pada akhir 2009, saham Amex yang dibelinya sudah bernilai
lebih dari US$ 5 miliar. Artinya, Buffett mencetak untung 290% meski ia
tak merealisasikannya. Hingga saat ini, Berkshire masih menyimpan saham
kesayangan Buffett itu.
Coca Cola (1988)
Saat
Buffett mulai membeli saham Coca Cola di tahun 1988, banyak analis Wall
Street skeptis. Mereka berpendapat, tinggal menunggu waktu saja sampai
perusahaan minuman ringan lainnya mengambil alih pangsa pasar Coca Cola.
Ditambah lagi, laba perusahaan menurun 2% dari tahun sebelumnya. Saham
Coca Cola waktu itu seharga IS$ 35-US$ 45.
Buffett terus mengumpulkan saham ini karena mengagumi merek dan
menyukai produknya. Tahun 1995, Buffett memiliki 100.000 saham Coca Cola
senilai US$ 1,2 billion. Pada September 2010, kenaikan saham ini
memberi keuntungan 766% sebab nilainya sudah melejit hingg US$ 10,4
miliar. Buffett tetap menyimpan saham Coca Cola sampai kini.
Gillete/Procter & Gamble (1989)
Tahun
1980-an, industri alat cukur terpukul oleh penemuan silet yang bia
diganti. Penjualan Gillette pun merosot tajam. Pada 1988, Consiton
Partners berupaya melakukan hostile take over atas Gilette. Tapi Gilette
memenangkan pertempuran. Tahun 1989, perusahaan mendefinisi ulang
industri dengan produk barunya Sensor Razor. Di tahun yang sama, Buffett
masuk dengan membeli preferred stock senila iUS$ 600 juta. Artinya
Buffett menjadi pemilik 11% saham Gilette.
Pada tahun 1990-an saham Gilette menyumbang laba di atas kertas yang
mengagumkan. Dalam kurang dari 24 bulan, investasi Buffett senilai US$
c600 juta sudah bernilai US$ 800 juta. Lalu nilai itu melesat lagi
ketika P&G mengumumkan akuisisi Gilette. Dalam satu hari, Buffett
meraup keuntungan US$ 650 miliar dan total keuntungannya pun mencapai
US$ 4,4 miliar. Buffett menyebutnya 'merger impian' dan memutuskan untuk
menambah sahamnya di P&G.
Goldman Sachs (2008)
Warren
Buffett bak menjelma jadi ksatria penyelamat Goldman Sachs di tengah
krisis finansial yang melanda Wall Street beberapa tahun lalu. Pada 23
September 2008, tanpa diduga Berkshire Hathaway menginvestasikan US$ 5
miliar ke bank yang kelabakan terhantam krisis tersebut. Dalam beberapa
jam saja, harga saham Goldman naik 6%.
Buffett telah mengerek kepercayaan pasar atas Goldman. Pada saat yang
sama ia mencetak untung. Goldman setuju membayar 10% dividen tahunan
atas preferred stock yang dibeli Buffett. "Harganya benar, orang-orangnya benar, syaratnya benar, dan saya memutuskan untuk menulis cek" tuturnya.
Tiga tahun kemudian, Goldman memutuskan untuk menebus investasi
Buffett. Goldman membayar US$ 5 miliar plus US$ 500 juta karena
mengembalikan pinjaman itu lebih awal dari yang seharusnya tahun 2013.
Buffet juga akan menerima dividen, sehingga total pembayaran berjumlah
US$ 5,64 miliar.
Pada hari itu, CEO Goldman Llyod Blankfein menelpon Buffett, berkata
setengah bercanda, "Kami akan membayar Anda dalam uang kertas US$ 1."
Tak mau kalah Buffett menjawabnya, "Tidak apa-apa, sejauh dividennya
akan terus ditambahkan sampai saya selesai menghitung semua uang itu."
GEICO (1970-an)
GEICO
adalah salah satu investasi besar pertama Buffett. Ia membeli saham
perusahaan asuransi itu karena Benjamin Graham, mentor dan idolanya,
juga menjadi investor di perusahaan itu. Buffett muda mulai membeli
GEICO tahun 1970-an dan terus mengumpulkannya. Hingga di tahun 1981,
Buffett sudah menginvestasikan US$ 45,7 juta untuk 30% saham GEICO.
Pada tahun 1995, Buffett memutuskan untuk mengakuisisi GEICO senilai US$ 2,3 miliar ketika perusahaan itu sedang mengalami kesulitan bisnis. Nilai GEICO pada tahun 1996 mencapai US$ 4,7 miliar, sementara Buffett menghabiskan US$ 2,35 miliar saja untuk memilikinya.
Pada tahun 1995, Buffett memutuskan untuk mengakuisisi GEICO senilai US$ 2,3 miliar ketika perusahaan itu sedang mengalami kesulitan bisnis. Nilai GEICO pada tahun 1996 mencapai US$ 4,7 miliar, sementara Buffett menghabiskan US$ 2,35 miliar saja untuk memilikinya.
Dalam suratnya kepada pemegang saham GEICO di tahun 2009, ia dengan
bangga mengungkapkan bahwa pangsa pasar GEICO mekar dari 2,5% ke 8,2%
sejak akuisisi.
Di bawah payung Berkshire, bisnis GEICO berkembang pesat. Di sisi
lain, GEICO juga menyediakan duit cash banyak bagi Berkshire sehingga
Buffett bisa berinvestasi tanpa harus berutang.