Jumat, November 11, 2005

9 Kelakuan Ajaib Warren Buffet

Mari mengenal sang investor jenius.  Ada banyak fakta unik tentang orang terkaya nomor tiga dunia ini, namun KONTAN pilihkan sembilan hal yang paling menarik dari kehidupannya:

1 . Buffet tinggal di rumah yang sama selama setengah abad
Rumah yang terletak di Omaha itu ia beli sebagai tempat tinggalnya bersama Susie. Terdiri dari 10 kamar, lima kamar tidur, dengan luas kurang dari 0,75 ekar dekat dengan kantornya. Tahun lalu, rumah itu ditaksir bernilai US$ 727.600.

2.  Ia mewariskan 85% kekayaannya untuk amal, bukan untuk anak-anaknya
Pada Juni 2006, Buffett mengumumkan rencananya untuk menyumbang 85% kekayaannya untuk amal. Sebagian besar dana akan mengalir ke Bill & Melinda Gates Foundation dan sisanya ke yayasan-yayasan sosial milik keluarganya.
“Tak ada alasan kenapa generasi mendatang Buffett kecil harus memimpin masyarakat hanya karena mereka lahir dari rahim yang tepat. Di mana letak keadilannya?
Pada Juni 2012, Buffett bersama Gates menggelar kampanye bernama The Giving Pledge. Mereka membujuk orang-orang kaya Amerika Serikat untuk mendonasikan sedikitnya separuh kekayaan mereka untuk kegiatan amal, setelah mereka mati atau sepanjang usia mereka. Sebanyak 40 orang kaya telah meneken surat yang menyatakan akan melakukan komitmen itu.

3. Buffett punya kisah cinta unik
Ia menikah dengan istri pertamanya, Susan,  selama 52 tahun. Mereka tetap menikah dari tahun 1952 sampai dengan Susan meninggal akibat kanker mulut di tahun 2004. Pernikahannya sempat tidak berjalan mulus karena Buffett sangat sibuk dan tak punya banyak waktu mengurusi rumah tangganya.
Pada tahun 1970-an, Buffett terlibat hubungan asmara dengan Katherine Graham, pemegang saham pengendali koran The Washington Post. Walau Susan merasa dipermalukan, ia akhirnya menyurati Graham dan mengizinkannya mengencani Buffett.
Tahun 1978, ketika anak-anak mereka sudah besar, Susan pindah ke San Fransisco dan menetap di sana sendirian. Karena ia tahu Buffett butuh seseorang untuk mengurusnya, Susan mengenalkannya pada seorang pramusaji restoran di Omaha bernama Astrid Menks. Menks tinggal bersama Buffett selama 27 tahun sampai akhirnya mereka menikah di 2004 setelah Susan meninggal.
Meskipun mereka hidup terpisah, Buffett tak pernah menceraikan Susan. Mereka juga sering berbicara lewat telepon dan kadang menghadiri acara-acara bersama. Buffett kelak mengakui bahwa membiarkan Susie pergi adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Buffett berada di sisi Susan ketika ia meninggal.

4. Buffett  punya ikatan seumur hidup dengan Washington Post.
Buffett memulainya sejak SMA. Bekerja sebagai loper koran, ia mengantarkan hampir 500.000 kopi surat kabar Washington Post di Omaha.
Ketika ia makin dewasa, kekaguman dan kesetiaannya pada surat kabar itu makin tumbuh. Pada usia 46 tahun, ia malah berhubungan asmara dengan Katherine Graham, pengelola The Post yang berusia 59 tahun. Graham memperkenalkan Buffett ke pergaulan New York, sementara Buffett mengajari Graham carra berbisnis.
Pada tahun 1974, Buffett masuk dalam Dewan Direktur Washington Post dan terus di sana hingga 37 tahun kemudian. Meski ia baru-baru ini mundur, cinta Buffett pada produk, perusahaan, dan manajemen koran tersebut tak diragukan lagi. Berkshire Hathaway merupakan pemegang saham  terbesar Washington Post.

5.  Buffett baru-baru ini mempekerjakan sesorang yang rela membayar jutaan dollar – sampai dua kali – hanya untuk makan siang bersamanya
Apakah Anda berpikir US$ 5,25 juta terlalu mahal hanya untuk makan siang dengan sang miliuner?
Tidak bagi Ted Weschler, managing partner hedge fund  Peninsula Capital Advisors. Ia sampai dua kali memenangkan lelang amal yang diselenggarakn eBay dan membayar uang itu demi bertemu Buffett.
Ternyata upaya tersebut mendaratkan Weschler ke impiannya bekerja di Berkshire Hathaway. Buffett mengumumkan pada September 2011 bahwa Weschler bergabung dengan perusahaannya untuk mengelola investasi. Tak hanya itu, Weshcler pun menjadi salah satu orang kepercayaan Buffett.

6.   Buffett bermain bridge online setidaknya empat kali seminggu
Buffett terobesi pada bridge. Ia ikut bertanding pada turnamen bridge online selama bertahun-tahun bersama rekannya Bill Gates. Buffett memakai nama T-Bone dan Gate menyamar dengan nama Chalengr.
Bahkan, rekan bridge Buffett sekaligus sahabatnya, Sharon Osberg, adalah orang yang mengajarinya menggunakan komputer (pekerjaan yang bahkan Bill Gates pun tak sanggup). Osberg, pemenang turnamen bridge dunia dan mantan eksekutif Wells Fargo, telah menemani Buffett bermain bridge selama 20 tahun,
Buffett, Gates dan Osberg mendanai program pelatihan bridge di SMP-SMP. Buffett meyakini, bridge dapat membantu mengajari anak matematika, berpikir logis, dan bagaimana bekerja sama dengan orang lain.

7. Buffett sangat loyal pada merek tertentu
Saking loyalnya, di kehidupan sehari-harinya pun ia tak lepas dari produk-produk itu. Ia bisa minum lima kaleng Cherry Coke setiap hari.

8. Buffett tidak menyukai produk derivatif dan emas
Buffett dan juga partnernya Charlie Munger tak pernah berinvestasi dalam emas. Mereka sepakat emas adalah aset nonproduktif, sedangkan Berkshire lebih memilih berinvestasi pada aset produktif yang bisa menghasilkan sesuatu. Munger bahkan pernah berkata, “Orang beradab tidak membeli emas.”
Buffett sendiri berkata begini,
“Ketika kami mengambil alih Berkshire, harga sahamnya US$ 15 dan emas waktu itu dijual US$ 20 per ons. Sekarang emas US$ 1.600 dan Berkshire US$ 120.000. Atau Anda bisa mengambil contoh lebih luas. Jika Anda membeli emas sekarang dan Anda menyimpannya sampai 100 tahun ke depan, Anda bisa menatapnya dan menimangnya setiap hari, dan 100 tahun dari sekarang emas itu akan tetap 1 ons. Ia tak bisa melakukan sesuatu untuk Anda dalam selang waktu itu. Anda membeli 100 ekar lahan pertanian, lahan itu bakal mengasilkan setiap tahun. Anda lalu bisa membeli lebih banyak lahan, dan 100 tahun lagi Anda tetap punya 100 ekar lahan. Anda bisa membeli indeks Dow Jones seharga US$ 66 di awal tahun 1900 ketika harga emas US$ 20. Di akhir abad ini, Dow Jones sudah 11.400 dan Anda juga masih mendapat dividen selama 100 tahun. Jadi aset produktif yang baik akan membunuh aset nonproduktif.”
Selain itu, pada  suratnya tahun 2002, Warren Buffet menyebut derivatif sebagai senjata penghancur finansial alias Weapon of Financial Destruction. Pada kuartal kedua 2012, ia merugi US$ 700 juta pada produk derivatif saham.

9. Buffett menjauhi saham teknologi
Buffett jelas bukan seorang tech geek. Di tengah booming saham internet tahun 1998, ia berkata kepada pemegang saham Berkshire, “Teknologi itu hanya sesuatu yang tak kami mengerti, jadi kami tidak berinvestasi di sana.”
Tapi ada satu hal yang bisa membujuk Buffett melirik saham teknologi. Ini juga yang mendorongnya membeli saham IBM tahun lalu dan menjadi saham teknologi pertama dalam portofolionya. Apakah Buffett sudah keluar dari zona nyamannya? Tidak juga,  tapi semata karena saham itu murah. “IBM cocok dengan semua prinsip saya, saham yang ingin kami miliki selamanya,”
10. Buffett ahli bermain ukulele
Buffett sangat menguasai alat musik berbentuk menyerupai gitar mini itu. Ia sering didaulat tampil di sejumlah acara. Tak percaya? Saksikan duetnya bersama rocker Jon Bon Jovi dalam video di bawah ini:

Investasi Warren Buffet

Warren Buffett adalah contoh terbaik seorang investor yang belajar dari awal hingga mencapai sukses. Ia membuktikan bahwa seorang investor saham pun bisa meraih posisi sebagai orang terkaya sedunia (kini terkaya nomor tiga dunia).
Buffett mencetak kenaikan investasi fenomenal dari berbagai investasi di perusahaan pilihannya. Sebagian besar investasinya itu juga punya latar kisah yang menarik. Sebagian lagi mengandong moral cerita yang layak dinikmati oleh para investor dan calon investor seperti kita.

American Express (1964)
Pada tahun 1964, skandal minyak salad terkuak. Skandal ini melibatkan sebuah perusahaan minyak sayur bernama Allied Crude Vegetable Oil yang dipimpin oleh Tino De Angelis. Tino mendapat pinjaman dari bank-bank termasuk American Express dengan jaminan stok minyak saladnya.
Jadi, kapal bermuatan minyak salad akan tiba di dermaga. Lalu seorang inspektur memeriksa apakah benar kapal itu berisi minyak sayur sesuai dengan yang dinyatakan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman. Namun Tino cerdik, ia mengganti minyak salad dengan air yang dicampur sedikit minyak. Si inspektur tak curiga karena minyak mengapung di atas air sehingga kapal itu terlihat benar-benar memuat minyak.
Namun datang pula saatnya penipuan Tino terbongkar. Sebagai akibatnya, American Express menjadi korban terbesar. Sahamnya anjlok lebih dari 50% sehingga perusahaan kehilangan sekitar US$ 58 juta plus reputasinya. Berbeda dengan orang lain, Buffett melihat hal ini hanya kepanikan sesaat. Ia menyadari bahwa bisnis American Express masih sangat stabil dan potensial. Buffett mencermati bagaimana orang Amerika mulai menggunakan kartu kredit. Ia tahu perusahaan ini akan menjadi blue chip Amerika.
Saat itu juga, Buffett membeli 151,6 miliar saham senilai US$ 1,28 miliar untuk. Pada akhir 2009, saham Amex yang dibelinya sudah bernilai lebih dari US$ 5 miliar. Artinya, Buffett mencetak untung 290% meski ia tak merealisasikannya. Hingga saat ini, Berkshire masih menyimpan saham kesayangan Buffett itu.

Coca Cola (1988)
Saat Buffett mulai membeli saham Coca Cola di tahun 1988, banyak analis Wall Street skeptis. Mereka berpendapat, tinggal menunggu waktu saja sampai perusahaan minuman ringan lainnya mengambil alih pangsa pasar Coca Cola. Ditambah lagi, laba perusahaan menurun 2% dari tahun sebelumnya. Saham Coca Cola waktu itu seharga IS$ 35-US$ 45.
Buffett terus mengumpulkan saham ini karena mengagumi merek dan menyukai produknya. Tahun 1995, Buffett memiliki 100.000 saham Coca Cola senilai US$ 1,2 billion. Pada September 2010, kenaikan saham ini memberi keuntungan 766% sebab nilainya sudah melejit hingg US$ 10,4 miliar. Buffett tetap menyimpan saham Coca Cola sampai kini.

Gillete/Procter & Gamble (1989)
Tahun 1980-an, industri alat cukur terpukul oleh penemuan silet yang bia diganti. Penjualan Gillette pun merosot tajam. Pada 1988, Consiton Partners berupaya melakukan hostile take over atas Gilette. Tapi Gilette memenangkan pertempuran. Tahun 1989, perusahaan mendefinisi ulang industri dengan produk barunya Sensor Razor. Di tahun yang sama, Buffett masuk dengan membeli preferred stock senila iUS$ 600 juta. Artinya Buffett menjadi pemilik 11% saham Gilette.
Pada tahun 1990-an saham Gilette menyumbang laba di atas kertas yang mengagumkan. Dalam kurang dari 24 bulan, investasi Buffett senilai US$ c600 juta sudah bernilai US$ 800 juta. Lalu nilai itu melesat lagi ketika P&G mengumumkan akuisisi Gilette. Dalam satu hari, Buffett meraup keuntungan US$ 650 miliar dan total keuntungannya pun mencapai US$ 4,4 miliar. Buffett menyebutnya 'merger impian' dan memutuskan untuk menambah sahamnya di P&G.

Goldman Sachs (2008)
Warren Buffett bak menjelma jadi ksatria penyelamat Goldman Sachs di tengah krisis finansial yang melanda Wall Street beberapa tahun lalu. Pada 23 September 2008, tanpa diduga Berkshire Hathaway menginvestasikan US$ 5 miliar ke bank yang kelabakan terhantam krisis tersebut. Dalam beberapa jam saja, harga saham Goldman naik 6%.
Buffett telah mengerek kepercayaan pasar atas Goldman. Pada saat yang sama ia mencetak untung. Goldman setuju membayar 10% dividen tahunan atas preferred stock yang dibeli Buffett. "Harganya benar, orang-orangnya benar, syaratnya benar, dan saya memutuskan untuk menulis cek" tuturnya.
Tiga tahun kemudian, Goldman memutuskan untuk menebus investasi Buffett. Goldman membayar US$ 5 miliar plus US$ 500 juta karena mengembalikan pinjaman itu lebih awal dari yang seharusnya tahun 2013. Buffet juga akan menerima dividen, sehingga total pembayaran berjumlah US$ 5,64 miliar.
Pada hari itu, CEO Goldman Llyod Blankfein menelpon Buffett, berkata setengah bercanda, "Kami akan membayar Anda dalam uang kertas US$ 1." Tak mau kalah Buffett menjawabnya, "Tidak apa-apa, sejauh dividennya akan terus ditambahkan sampai saya selesai menghitung semua uang itu."

GEICO (1970-an)
GEICO adalah salah satu investasi besar pertama Buffett. Ia membeli saham perusahaan asuransi itu karena Benjamin Graham, mentor dan idolanya, juga menjadi investor di perusahaan itu. Buffett muda mulai membeli GEICO tahun 1970-an dan terus mengumpulkannya. Hingga di tahun 1981, Buffett sudah menginvestasikan US$ 45,7 juta untuk 30% saham GEICO.

Pada tahun 1995, Buffett memutuskan untuk mengakuisisi GEICO senilai US$ 2,3 miliar ketika perusahaan itu sedang mengalami kesulitan bisnis. Nilai GEICO pada tahun 1996 mencapai US$ 4,7 miliar, sementara Buffett menghabiskan US$ 2,35 miliar saja untuk memilikinya.
Dalam suratnya kepada pemegang saham GEICO di tahun 2009, ia dengan bangga mengungkapkan bahwa pangsa pasar GEICO mekar dari 2,5% ke 8,2% sejak akuisisi.
Di bawah payung Berkshire, bisnis GEICO berkembang pesat. Di sisi lain, GEICO juga menyediakan duit cash banyak bagi Berkshire sehingga Buffett bisa berinvestasi tanpa harus berutang.